Yang Penting Hadir sudah KKM
Sebuah dilematis menjadi seorang Guru, antara integritas atau sistem yang sudah rusak. Inilah fakta sistem pendidikan di tempat saya mengabdi. Atau mungkin cerita ini hanya sebuah kasus ditempat saya mengajar atau mungkin ditempat pembaca juga terjadi. Perlu saya garis bawahi kasus ini tidak terjadi disemua sekolah (diclaimer) ini hanya cerita fakta di satu sekolah dan tanpa perlu saya sebutkan identitasnya.
Cerita ini bermula ketika akhir semester, setiap sekolah pasti melaksanakan ujian akhir semester, atau mungkin asesmen akhir semester ataupun apa namanya yang membuat bingung guru-guru di Indonesia dengan kebijakan yang selalu berubah. Dan tentu saja sekolah saya juga melaksanakan kegiatan ujian akhir semester tersebut. Dalam teknisnya ujian dilaksanakan dengan dua metode, untuk pelajaran Normatif menggunakan sistem CBT (Computer Based Test) sedangkan non Normatif (Kompetensi Keahlian) menggunakan sistem praktik. Tentu saja saya termasuk yang kedua yaitu pelajaran kompetensi keahlian, karena keahlian saya pada bidang kompetensi keahlian (tanpa perlu saya sebutkan kompetensinya). Sebagai sekolah yang berfokus pada kejuruan tentu saja seharusnya bidang keahlian dijadikan prioritas. Yang artinya menurut saya, siswa harus memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya dan yang lebih paham tentang penilaian dan bagaimana sistem penilaian serta bagaimana gurunya memberikan nilai yang pasti guru kompetensi keahlian yang lebih paham. Sampai disini sudah paham ya?
Hingga suatu saat usai ujian dilaksanakan, hanya sebagian siswa yang mengikuti ujian praktik dan sampai batas waktu yang telah ditentukan tidak ada satu pun siswa yang memiliki niat dan tekad untuk memperoleh nilai (dalam hati bertanya yang butuh nilai siswa apa guru). Yach, memang sudah zamannya seperti ini atau ada yang salah ? Kok, jadi gurunya yang mencari siswa (bertanya kepada siswa, "nak, kapan mau ujian ?") seakan mengemis kepada siswa untuk mengikuti ujian. Toh siswanya santai aja, seakan tidak butuh nilai. Sampai disini sudah paham kan ?
Dan tibalah upload nilai ke sistem, dan saya memberikan nilai sesuai dengan kemampuan siswa. Dan ternyata ...inilah jawaban dari seorang guru wali kelasnya
@#%#@#$)(*&^&^%#$%
terjemahannya ......
Intinya gini, jangan kasih nilai di bawah KKM, anak sudah hadir 90% saya sudah KKM.
Wah,...hebat betul sistemnya, dimana integritas sistem penilaiannya? buat apa diadakan ujian kalau toh nilai hanya diukur dengan kehadiran. Capek-capek buat soal, sudah cape ujian praktik, sudah cape ngawas, bahkan waktunya tidak hanya satu hari, bisa seminggu jika praktik.
Sekarang saya jadi dilematis, antara integritas atau yach cukup lah dengan anak hadir sudah dapat nilai.